Yuk Pahami Penularan dan Akhiri Penyakit TBC di Indonesia

SUARATERKINI, Jakarta – Berdasarkan Global TB (Tuberkulosis) Report 2022, WHO melaporkan bahwa tahun 2021 sekitar 10,6 juta orang terdiagnosis Tuberkulosis (TBC) secara global atau naik sekitar 600.000 kasus dibandingkan tahun 2020. Sedangkan Indonesia, berada pada posisi kedua dengan jumlah kasus TBC terbanyak. Pemahaman dan kesadaran terhadap penyakit infeksi ini pun penting.

“Berdasarkan data Global TB Report 2022, dilaporkan 969.000 kasus TBC di Indonesia. Hal ini membuat Indonesia menduduki peringkat kedua capaian penemuan kasus. Sementara hingga bulan Februari 2023 adalah 74 persen, tepatnya masih di bawah target penemuan kasus yaitu 90 persen,” ujar Pengurus PDPI (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia), Dr. dr. Fathiyah Isbaniah, Sp.P(K).

TBC merupakan salah satu penyakit infeksi menular yang penyebarannya melalui percikan air liur saat berbicara, batuk, atau bersin. Penularan penyakit ini sering kali pada kondisi imun yang rendah. Siapa saja dapat tertular TBC, namun belum tentu menjadi sakit. Orang dengan imunitas atau daya tahan tubuh rendah yang paling berisiko, yaitu anak, orang dengan HIV / AIDS, orang usia lanjut, penyandang Diabetes Mellitus, perokok, peminum alkohol, dan orang kontak erat atau kontak serumah dengan pasien TBC.

BACA JUGA:  Satpol PP Belitung Sita 60 Liter Arak

“Gejala TBC, di antaranya batuk terus-menerus (berdahak maupun tidak berdahak), demam meriang berkepanjangan, sesak nafas dan nyeri dada, berat badan menurun, kadang-kadang dahak bercampur darah, nafsu makan berkurang, serta berkeringat di malam hari meski tanpa melakukan kegiatan,” ungkap Dr. Fathiyah.

Ia menjelaskan, jangan panik apabila terdiagnosis TBC, karena penyakit ini dapat disembuhkan setelah menjalani pengobatan dengan cara tepat selama minimal enam bulan. Pengobatan TBC pun tidak boleh dilakukan sembarangan, tergantung dari tipe penyakit TBC yang dialami. Sehingga, pengobatan TBC harus diawasi oleh dokter dan dilakukan di fasilitas kesehatan seperti rumah sakit atau puskesmas. Kabar baiknya, pengobatan pasien TBC di Indonesia ditanggung BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial).

“Walaupun sudah sembuh total, penyakit TBC masih memiliki kemungkinan untuk kambuh. Kasus kambuh ini sering terjadi pada penderita dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Menjaga daya tahan tubuh setelah dinyatakan sembuh itu sangat penting. Pastikan untuk mengonsumsi makanan yang seimbang yang mengandung semua nutrisi seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral,” jelasnya.

BACA JUGA:  Hingga Juni 2021, 28 Orang Penyalahguna Narkotika Direhabilitasi di BNNK Belitung

Sedangkan pencegahan TBC dapat dilakukan dengan sirkulasi udara yang baik, cahaya matahari alami, serta menjaga kebersihan dan kekebalan tubuh. Kalbe Farma juga turut mendukung gerakan pencegahan atau pemutusan mata rantai TBC dengan produk-produk multivitamin yang dibutuhkan untuk meningkatkan imunitas pasien dan keluarga pasien TBC.

“Produk Kalbe yang dapat mendukung kualitas hidup pasien TB di Indonesia adalah multivitamin Zegavit dan Vitamin D3 Prove D3. Keduanya dapat dikonsumsi setelah makan dan bersamaan, untuk dosisnya Zegavit cukup sekali sehari. Sedangkan Prove D3, dapat dikonsumsi sesuai kebutuhan, dengan sediaan Drops 400 IU dan 1000 IU per tablet,” kata Brand Manager Prove D3 & Zegavit PT Kalbe Farma Tbk, Kenny Kowira.

Produk Zegavit serta Prove D3 Drops 400 IU dan 1000 IU bisa didapatkan di Rumah Sakit, Apotek, atau E-commerce melalui toko Sahabat Kesehatan atau Kalbe Farma Official. Sedangkan untuk pasien TBC yang membutuhkan Vitamin D3 hingga 5000 IU per hari atau lebih, dapat mengonsumsi Prove D3 5000 IU sesuai anjuran dari dokter. Pembelian produk ini membutuhkan resep dokter.

“Zegavit sebagai brand yang telah mendapatkan penghargaan Top Innovation Choice Award 2021 dan Brand Championships 2022, terbukti memiliki kualitas dan terus beinovatif dalam menyehatkan bangsa diberbagai situasi dan kondisi, hal ini didukung oleh komposisi yang lengkap serta kemudahan dalam mendapatkan Zegavit. Prove D3 merupakan produk Vitamin D3 pertama di Indonesia dengan sediaan tetes untuk penggunaan bayi baru lahir hingga lansia,” tutur Kenny.

BACA JUGA:  Memperingati HUT RI 76, GP Ansor Bagi-Bagi Sembako

Sementara itu, salah satu survivor TBC, Diky Kurniawan, mengungkapkan pengalamannya. Ia mengatakan bahwa ia menjalani pengobatan sekitar 24 bulan. Ia pun bertekad untuk sembuh. Selama pengobatan, ia menerapkan pola makan sehat dengan nutrisi yang tepat. Selain upaya diri sendiri, dukungan moral dari orang di sekitarnya juga sangat dibutuhkan.

“Dukungan moral, semangat untuk menjalani pengobatan waktu awal terdiagnosis, yakinkan bahwa TBC bisa disembuhkan. Waktu menjalani pengobatan dampingi, didengarkan keluh kesah pasien, dan hadir sebagai teman, keluarga, dan tempat berbagi. Maka dukungan keluarga dan komunitas penyintas sangat berpengaruh, karena kehadiran mereka adalah hal terbesar yang menunjang dan memperkuat proses pengobatan dan kesembuhan,” tutup Pengurus Perhimpunan Organiasasi Pasien TB Indonesia itu. (Rep)