YARSI Dipercaya Gelar Konferensi Bioinformatika Terbesar Se-Asia Pasifik

AdvertisementAds

SUARATERKINI, Jakarta – Perkembangan ilmu bioinformatika di Indonesia bisa dibilang agak terlambat bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga di kawasan Asia Pasifik. Namun saat ini, berbagai universitas di Indonesia telah memasukkan mata kuliah bioinformatika ke dalam kurikulumnya. Selain itu, penelitian yang menggunakan bioinformatika semakin populer di Indonesia.

Bidang ilmu bioinformatika saat ini mengalami peningkatan popularitas yang luar biasa di Indonesia maupun di seluruh dunia, disebabkan oleh ledakan data biologis.

Merespon fakta tersebut,
Universitas YARSI melalui Fakultas Kedokteran, Fakultas Teknik Informatika dan Pusat Penelitian Genetik, ikut berkontribusi dalam mempercepat kemajuan bioinformatika di Indonesia selama beberapa tahun terakhir ini.

Rektor Universitas YARSI, Prof dr H Fasli Jalal, PhD mengatakan universitas yang dia pimpin telah dipercaya bekerja sama dengan Asia Pacific Bioinformatics Network (APBioNet), sebagai tuan rumah konferensi bioinformatika tertua di Asia Pasifik untuk pertama kalinya di Indonesia.

“Kami telah menyelenggarakan berbagai seminar dan workshop di bidang yang berkaitan dengan bioinformatika, seperti Introductory Bioinformatics Workshop 2017, International Symposium on Bioinformatics (InSyB) 2017 yang diadakan untuk pertama kalinya di Indonesia, Bioinformatics Colloquium 2018 dan Bioinformatics Workshop Fiesta 2018,”ujar Prof Fasli Djalal.

Kegiatan-kegiatan tersebut ternyata mendapatkan animo yang besar dari komunitas ilmiah maupun industri di Indonesia dan negara tetangga.

“Kami sangat berterima kasih dan merasa terhormat menjadi tuan rumah konferensi bioinformatika tertua di Asia Pasifik untuk pertama kalinya di Indonesia dan diadakan bersama dengan Genomic Medicine Conference (GMC),
serta The 8th South East Asian Pharmacogenomics Research Network (SEAPHARM) meeting dan the Global Organization for Bioinformatics Learning, Education and Training (GOBLET) Annual General Meeting 2019,”ujar dr Rika Yuliwulandari selaku Ketua Umum InCoB 2019.

Dr Rika Yuliwulandari yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Universitas YARSI mengatakan bahwa Genomic Medicine Conference (GMC) sendiri merupakan flagship conference dari Pusat Penelitian Genetik Universitas YARSI.

Sedangkan APBioNet merupakan organisasi internasional nirlaba yang dibentuk pada tahun 1998 dan memiliki fokus memajukan bioinformatika di Kawasan Asia Pasifik.

BACA JUGA:  Peringati Sumpah Pemuda, UAI Tekan MoU Dengan KONI

Dia menyebut misi APBioNet sebagai mitra Universitas YARSI karena sejak awal adalah menjadi pelopor pertumbuhan dan perkembangan pendidikan, pelatihan, pengetahuan, infrastruktur, sumber daya dan penelitian di bidang bioinformatika di antara negara-negara anggota.

“APBioNet memiliki lebih dari 20 organisasi anggota dan 2.000 anggota perorangan yang tersebar di lebih 12 negara anggota di wilayah Asia Pasifik. Saat ini, APBioNet merupakan organisasi regional bioinformatika terbesar di Asia Pasifik, dan salah satu yang tertua,”jelas Ketua Forum Komunikasi Kedokteran Swasta di Jakarta ini.

Organisasi ini terus memperluas keberadaannya di wilayah internasional dengan terus merangkul komunitas ilmiah dan industri secara aktif melalui konferensi unggulannya, yaitu International Conference on Bioinformatics (InCoB).

Kemudian InCoB merupakan flagship conference dari APBioNet, yang diinisiasi di Bangkok, Thailand pada tahun 2002.

Selama 18 tahun, InCoB telah diselenggarakan setiap tahunnya, di berbagai negara di Asia Pasifik dan telah berkembang menjadi salah satu konferensi bioinformatika terbesar yang menargetkan para praktisi yang berasal dari latar belakang biologi maupun komputer.

“Namun, Indonesia belum pernah sekalipun mendapatkan kepercayaan sebagai tuan rumah pertemuan internasional ini,” ungkap Rika.

Masih menurut Rika, sejak tahun 2016, Pusat Penelitian Genetik Universitas YARSI telah mencoba mengajukan bidding kepada APBioNet untuk membawa InCoB ke Indonesia.

Akhirnya kegigihan perjuangan tersebut membuahkan hasil dengan ditunjuknya Indonesia melalui Universitas YARSI sebagai tuan rumah InCoB 2019.

“Saya kira semua setuju jika usaha ini patut disyukuri dan disambut dengan baik oleh pemerintah dan komunitas ilmiah di Indonesia, karena dunia internasional mulai mengenali dan mengapresiasi perkembangan bioinformatika di Indonesia,” tutur dosen terbaik sains dan teknologi dari LL Dikti 2018 lalu dan finalis dosen berprestasi nasional bidang sains dan teknologi dari Ristek Dikti.

InCoB tahun 2019 mengambil tema “Bioinformatics for Precision Medicine”, dan telah sukses berlangsung dari tanggal 9-12 September 2019, lalu.

Di forum InCoB telah melibatkan 8 pembicara utama, sesi diskusi panel, kiosks dan demo perangkat lunak, beberapa sesi oral parallel dan sesi poster.

BACA JUGA:  Universitas Islam Jakarta Hadapi 4.0 Dengan Kompetensi dan Akhlak Mulia

Para pembicara inti antara lain,
Prof Sir Munir Pirmohameo999d, MB ChB (Hons), PhD, FRCP, FRCP(E), FBPhS, FMedSci. University of Liverpool Prof Katsushi Tokunaga, The University of Tokyo
Prof Christine Orengo, University College London Dr Denis Bauer. CSIRO Australia
Prof. Stuart C. Ray, MD, FACP, FIDSA. John Hopkins Medicine Prof Adrian Hill, Oxford University.

“Kami sangat senang memiliki 10 keynote speaker dan plenary speaker di konferensi ini. Kami juga menyediakan Empat workshop gratis yang telah kami sediakan untuk semua peserta InCoB 2019, sukses direspon mereka. Dua diantaranya didukung oleh GOBLET. Kami berterima kasih banyak kepada mereka atas waktu dan kontribusi yang signifikan untuk konferensi ini,”ungkap Rika.

Program InCoB 2019 call-for-papers dan call-for-poster sungguh menarik lebih dari 200 partisipan. Panel review di isi oleh lebih dari 70 ahli di bidangnya, dari 20 negara yang berbeda. Setiap paper dan poster harus melalui setidaknya satu peer review.

Proses review yang ketat menerima sebanyak 50 presentasi lisan yang terdiri dari 15 presentasi oral kilat, 34 poster, 4 lokakarya, 2 highlight, 2 software demo, dan 1 sesi breakout.

“Makalah lengkap yang diterima, saat ini proses dalam pertimbangan untuk publikasi di salah satu jurnal yang berpartisipasi, yaitu BMC Genomics, BMC Medical Genomics, BMC System Biology, BMC Bioinformatics, Giga Science, PeerJ, dan Computational Biology and Chemistry (CBAC),”ungkapnya.

Dalam moment InCoB juga diawali dengan rapat tahunan Global Organisation for Bioinformatics Learning, Education & Training (GOBLET) dan South East Asian Pharmacogenomics Research Network (SEAPharm)

GOBLET sendiri merupakan organisasi tingkat dunia untuk pembelajaran, edukasi dan pelatihan di bidang bioinformatika. Organisasi ini menetapkan standar internasional untuk pembelajaran, mengembangkan kurikulum dan materi pembelajaran, melatih para pendidik dan trainer di bidang bioinformatika.

Menurut Rika, organisasi ini dibentuk bersama oleh para pemimpin dari 10 organisasi
dan himpunan internasional (EMBnet, ISCB, APBioNet, ASBCB, SoIBio, ISB, NBIC, SeqAhead, EBI, dan BTN) dengan tujuan untuk menyelaraskan aktivitas pembelajaran bioinformatika di seluruh dunia.

BACA JUGA:  Mahasiswa KKN Undip Sosialisasikan Pemasaran Produk UMKM melalui Marketplace Online

Sedangkan GOBLET Annual General Meeting (AGM) merupakan rapat tahunan dari organisasi ini.

“Dengan membawa GOBLET AGM ke Indonesia diharapkan dapat meningkatkan exposure terhadap para pakar bioinformatika tingkat dunia dan memperluas kesempatan untuk mengakses resources yang dikembangkan oleh GOBLET,” jelas Rika.

Sedangkan SEAPharm merupakan jaringan kerjasama riset di bidang farmakogenetik dan personalized medicine di Kawasan Asia Tenggara. Jaringan ini terdiri dari para peneliti dan akademisi dari Indonesia, Thailand, Singapura, Malaysia, Vietnam, Filipina, Brunei, Jepang dan Korea.
Setiap tahun komunitas ini menggelar pertemuan tahunan dan seminar farmakogenetik.

Ketua Yayasan YARSI Prof Jurnalis Uddin, tokoh dibalik Indonesia bisa menjadi host dalam International Conference ini lmenegaskan tahun 2019 menjadi momentum penting untuk Merah Putih karena pertemuan tahunan SEAPharm telah dihelat di Indonesia, bersamaan dengan Genomic Medicine Conference.

“Kegiatan ini diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan farmakogenetik dan personalized medicine di Indonesia,” ujarnya.

InCoB dan keseluruhan satelite events yang diadakan di Universitas YARSI, lanjut Prof Jurnalis, bertujuan untuk meningkatkan diseminasi dan publikasi ilmiah berskala internasional di bidang bioinformatika, genetika, personalized medicine dan bidang-bidang yang terkait dengannya, bagaimana mempercepat penyebaran dan pertukaran ilmu pengetahuan dan keahlian di bidang bioinformatika, meningkatkan jaringan kerjasama antara akademisi dan industri di Indonesia dengan individu, lembaga, maupun komunitas tingkat dunia.

Adapun manfaat yang ingin dicapai adalah guna meraih kesinambungan (sustainability) edukasi, riset, dan pelatihan di bidang bioinformatika dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu penggerak kemajuan bioinformatika, genetika dan personalized medicine di kawasan Asia Pasifik.

Keempat event tersebut, ungkap dr Rika, menjadi kesempatan yang langka untuk diseminasi ilmiah dan pertukaran ilmu pengetahuan dan keahlian antara komunitas sains dan industri di Indonesia dengan komunitas global.

InCoB pada akhirnya menghasilkan luaran berupa publikasi ilmiah oleh peserta InCoB di BMC Bioinformatics, BMC Genomics, BMC Systems Biology, BMC Medical Genomics, GigaScience, Bioinformatics, Computational Biology and Chemistry (CBAC) dan PeerJ yang telah bekerja sama dengan InCoB.