Puspa Baresi dan Daus Rojali: Antara Mengajar, Tertawa, dan Terus Belajar

AdvertisementAds

Suarateekini.com, Jakarta, – Menjadi pendidik bukan berarti harus melepaskan hobi dan passion. Dua sosok inspiratif, Puspa Baresi dan Daus Rojali, membuktikan bahwa dunia pendidikan dan dunia hiburan bisa berjalan beriringan dengan indah.

Di tengah kesibukan mereka sebagai pengajar, Puspa dan Daus tetap aktif mengembangkan diri di jalur komedi. Bagi keduanya, pendidikan bukan hanya menunjang profesi utama mereka sebagai dosen dan guru, tapi juga memperkaya karya mereka di panggung hiburan.

Puspa Baresi, dosen mata kuliah pemasaran media sosial di IPT Trisakti, sekaligus komedian, penyiar, dan MC, merupakan lulusan program Strata 1 Hukum Bisnis dan Magister Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Menurut Puspa, pendidikan telah membantunya berpikir lebih kritis, mengatur alur lawakan, dan memahami audiens dengan lebih dalam.

“Pendidikan itu bukan sekadar gelar, tapi tentang cara kita mengolah ide, memilih kata, dan tetap menjaga etika dalam membawakan materi hiburan,” jelasnya.

Sementara itu, Daus Rojali, seorang guru seni rupa di sebuah sekolah internasional, Musisi, MC dan Dick Jockey ini juga tak kalah aktif di dunia komedi. Lulusan Strata 1 Seni Rupa UNJ ini pernah berkuliah di Magister Komunikasi Universitas Mercubuana, dan kini tengah berproses melanjutkan studi Magister Pendidikan Seni di Universitas Negeri Jakarta.

BACA JUGA:  Dapat Dukungan dari Kelompok Tani, Peter Resmi Laporkan IK

Bagi Daus, pendidikan adalah bekal penting “Menjadi guru dan juga komedian itu butuh kecerdasan membaca situasi. Pola pikir kritis dari dunia akademis membantu saya menulis perencanaan belajar dan naskah komedi yang segar, relevan, dan sebisa mungkin mengandung nilai moral yang baik,” tuturnya.

Daus menekankan, meskipun dunia lawak memberi ruang luas untuk imajinasi, ia berusaha membawa nilai-nilai nyata ke atas panggung, agar pesan yang disampaikan tidak sekadar mengundang tawa, tapi juga bermakna.

Baik Puspa maupun Daus sepakat, pendidikan membuka lebih banyak jendela pemahaman — membantu mereka lebih sabar, lebih menghargai perbedaan, dan lebih bijak dalam mengemas humor, khususnya agar tidak menyinggung isu-isu sensitif seperti SARA.

Belajar Tak Harus Formal, Keduanya juga menekankan, bahwa belajar tidak selalu harus di ruang kelas. Pendidikan informal seperti rajin membaca buku, mendengarkan siaran berkualitas, hingga menonton tayangan yang bermanfaat, juga sangat membantu membentuk pola pikir yang positif dan kritis.

“Mau jadi apapun, tetap asah wawasanmu. Biar karya kita, termasuk lawakan, bisa memberi hiburan yang sehat dan bermakna,” kata Puspa.

BACA JUGA:  Gus Ahfas Hamid Baidlowi Lasem Gelar Doa di Acara Azzam Group Bersholawat

Daus pun menambahkan, “Terkadang dari obrolan sederhana atau tontonan bermutu, kita bisa dapat inspirasi besar. Yang penting, tetap mau belajar dan terbuka.”sahutnya bersemangat.

Melalui perjalanan mereka, Puspa Baresi dan Daus Rojali mengingatkan kita semua: menjadi pendidik tidak membatasi langkah untuk tetap kreatif di bidang lain. Justru, dengan bekal pendidikan, kita bisa membangun banyak jembatan untuk mewujudkan lebih banyak mimpi.

Karena dalam hidup, tawa dan ilmu selalu punya tempatnya masing-masing — dan kalau bisa dijalani bersama, kenapa tidak?