Pusat Bahasa Mandarin UAI Gelar Diskusi Terkait Kerjasama China – Indonesia

Pusat Bahasa Mandarin
AdvertisementAds Sharp

SUARATERKINI, Jakarta – Hubungan diplomatik Indonesia dan China memasuki usia 70 tahun, dalam 10 tahun terakhir ini kedua negara tersebut mengalami peningkatkan hal ini karena beberapa Program Strategis Nasional (PSN) dilaksanakan oleh pihak Tiongkok, salah satu yang paling fenomenal dan ramai dibicarakan terkait Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Jakarta Bandung.

Kereta cepat pertama yang ada di ASIA Tenggara ini pada awalnya sempat menjadi kontroversi di dalam negeri, namun berkat dukungan dan kegigihan pemerintah Indonesia dan China akhirnya proyek besar ini dapat terlaksana, hal tersebut dikatakan Expert KCIC(Kereta Cepat Indonesia China) Hanggoro Budi Wiryawan pada diskusi yang digelar Pusat Studi Bahasa Mandarin, Program Studi Bahasa Mandarin dan Kebudayaan Tiongkok, Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) berkerjasama dengan Kereta cepat Indonesia China (KCIC) dan Internasional Daily News di Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), baru-baru ini.

“Selama 40 tahun saya menggeluti railway, namun ketika mendapat tugas dari bapak Presiden Jokowi untuk merealisasikan Kereta Cepat di Indonesia, saya harus belajar dari nol lagi, karena banyaknya pengetahuan dan teknologi baru dalam transportasi perkeretaapian” ungkapnya.

BACA JUGA:  Tutup GNRM 2023 di UAI, Menko PMK Ajak Generasi Muda Santun di Medsos

Kedepan lanjut Hanggoro yang juga salah satu pembicara diskusi, bukan tidak mungkin Kereta cepat akan dilanjut hingga, Jawa Tengah, Yogya bahkan Surabaya, namun belajar dari KCIC Jakarta-Bandung, Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia dan budaya kerjanya perlu ditingkatkan, apabila dua hal tidak diperbaiki maka jangan marah apabila tenaga asing yang melakukannya.

Melihat peluang tersebut, Universitas AL Azhar Indonesia (UAI) sebagai salah satu dari 10 Universitas di Indonesia yang memiliki Pusat Studi Bahasa Mandarin memiliki kesempatan berkarir di Tiongkok atau perusahaan Tiongkok yang ada di Indonesia, kata Wakil Presiden Pusat Bahasa Mandarin Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Drs Murni Djamal, MA di sela-sela diskusi.

Dengan tema “Looking at The Potential of Indonesia -China Coorpporation From Jakarta-Bandung High-speed Railway”, lanjut Murni Djamal merupakan kesempatan besar bagi mahasiswa-mahasiswi al Azhar yang mempelajari bahasa Mandarin untuk lebih mengenal dan memahami budaya Tiongkok.

Adapun Narasumber yang hadir pada diskusi tersebut Expert KCIC(Kereta Cepat Indonesia China)Hanggoro Budi Wiryawan, Managing Director PT Indonesia China Mobile Mr. Zhang Dong, Direktur Utama PT Huadian Bukit Asam Power Mr. Gu Qiucheng, Social Activist Adi Harsono dan pakar CSIS, Political Science Veronika Saraswati PhD.
Para pembicara baik dari Indonesia maupun dari Tiongkok optimis kerjasama kedepan kedua belah negara akan terus meningkat dan saling menguntungkan.

BACA JUGA:  USAHID Gelar Wisuda ke 49, Tingkatkan Pariwisata Nasional Melalui Pengembangan Desa Wisata

“Yang harus dipersiapkan oleh bangsa Indonesia untuk kerjasama kedepannya baik dengan Tiongkok maupun negara lainnya dengan mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) kompetitif dan etos kerja atau budaya kerja bangsa Indonesia agar dapat bersaing di kancah dunia khususnya dengan Tiongkok” ucap Murni panggilan akrab Murni Djamal

Salah satu pembicara dari CSIS Veronika menuturkan diskusi ini sangat penting dan sebaiknya sering dilakukan karena bentuk konkrit dari penguatan social culture relation antara dua negara yaitu Indonesia dan Tiongkok.

“Temen-temen Mahasiswa Al Azhar keren banget belajar bahasa mandarin terus belajar, karena hubungan diplomasi yang baik dimasa depan juga ditentukan oleh anak-anak muda seperti sekarang jadi saling memahami budaya masing-masing China dan Indonesia itu bisa dimulai saling kenal baru saling memahami, maka acara seperti ini sebaiknya sering dilakukan, nanti mengundang teman-teman mahasiswa dari Tiongkok supaya ada interaksi langsung dengan mahasiswa Al Azhar” ungkap Veronika.

Dari diskusi ini, para Pembicara memberikan saran agar lembaga pendidikan atau kampus di Indonesia tidak hanya menguasai atau bisa bahasa dan budaya mandarin tapi memiliki Fakultas Transportasi, sehingga SDM Indonesia unggul dan mengetahui perkembangan teknologi transportasi di dunia.

BACA JUGA:  Fakultas Komunikasi Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR Gelar FGD

“Saran dari pembicara diskusi ini akan kami bawa ke pihak Universitas, apakah memungkinkan membuka Fakultas Transportasi di Al Azhar atau membuka program studi teknologi lainnya yang mendukung kebutuhan kedepannya” pungkas Murni Djamal.

redaksi.suaraterkini@gmail.com