Trafik Sudah Banyak, Tapi Closing Sedikit, Ini Mungkin Masalahnya

Penyebab Traffic Tinggi Closing Sedikit
AdvertisementAds

Jika saat ini traffic toko Anda sudah tinggi, selamat ya, berarti Anda sudah berhasil drive calon konsumen berkunjung ke toko online Anda.

Tapi kok konversi dan closing-nya masih sedikit? Kalau hal ini yang terjadi, tenang, Anda tidak sendirian.

Banyak pebisnis online merasa senang saat melihat lonjakan kunjungan ke website atau landing page, namun kaget ketika melihat laporan penjualan tidak menunjukkan hasil baik.

Faktanya, trafik yang tinggi tidak otomatis menghasilkan penjualan, apalagi jika trust dan pengalaman pengguna belum dibangun dengan benar.

Dalam artikel ini, Anda bisa mempelajari penyebab utama trafik tinggi tapi konversi rendah, dan cara mengubah situasi ini menjadi keuntungan.

Simak baik-baik, karena solusi di sini bisa jadi turning point untuk bisnis Anda.

Kenapa Trafik Tinggi Tidak Menjamin Closing?

Menurut riset dari Redcomm dalam white paperWhy Most E-commerce Budgets Fail”, sebanyak 72% e-commerce mengalami kesulitan mengukur ROI dari customer journey.

Di saat yang sama, 83% pembelian online melibatkan lebih dari satu touchpoint. Sayangnya, sebagian besar toko online hanya mengoptimalkan satu titik, paid ads atau social media traffic saja.

Anda bisa mengunduh dan mempelajari data mengenai untung tidaknya iklan online bagi e-commerce di artikel berjudul “Iklan Online di Industri e-Commerce Untung atau Tidak? Ini Jawabannya!

Di dalam white paper tersebut, Redcomm sebagai digital marketing agency Indonesia profesional menghimpun sejumlah data yang detail dan lengkap dari hasil riset dan pengalaman.

Tujuannya tentu saja untuk membantu Anda memahami kondisi industri saat ini dan kenapa banyak iklan online yang malah membuat rugi.

Masalah Umum yang Sering Jadi Biang Kerok

Ini 5 Masalah Umum yang Sering Jadi Biang Kerok

Kalau Anda penasaran kenapa trafik tinggi belum juga berbuah penjualan, ini saatnya menggali lebih dalam penyebabnya.

Bisa jadi, kendalanya bukan di jumlah pengunjung, namun pada pengalaman pelanggan saat masuk ke toko online Anda.

Beberapa kesalahan umum yang sering jadi penyebab konversi rendah dan solusi mengatasinya bisa Anda dapatkan dari penjelasan di bawah ini:

BACA JUGA:  Alfaland Group Rayakan 26 Tahun dengan Komitmen Keberlanjutan dan Kepedulian Sosial

1. Landing Page Tidak Siap Closing

Trafik datang, tapi apakah landing page Anda bisa meyakinkan pengunjung untuk mengambil keputusan? Banyak toko online masih pakai tampilan yang lambat, tidak mobile friendly, atau membingungkan.

Padahal menurut Google, 53% pengguna mobile akan meninggalkan situs jika loading lebih dari 3 detik.Maka mau tidak mau Anda harus analisis dan meningkatkan performa landing page bisnis Anda.

2. Kurangnya Trust Elements

Apakah toko Anda punya testimoni, rating, jaminan, atau sertifikasi kepercayaan? Jika tidak, pengunjung mungkin ragu untuk melakukan pembelian.

Trust adalah faktor penting yang mempengaruhi konversi, terutama di toko online yang belum punya brand awareness kuat.

3. Customer Journey Belum Matang

Banyak pengunjung datang karena penasaran, bukan siap beli. Kalau Anda tidak menyiapkan funnel edukasi, seperti email nurture, retargeting ads, dan konten yang relevan, mereka akan pergi tanpa bekas.

4. CTA Kurang Jelas atau Tidak Menarik

Call to Action yang ada di halaman promosi dan pemasaran harus mencolok dan menggoda.

Jangan cuma “Beli Sekarang”. Tetapi coba gunakan variasi yang lebih berorientasi solusi, seperti “Dapatkan Diskon 30% Hari Ini” atau “Cek Promo Eksklusif Sekarang”.

5. Tidak Menggunakan Data untuk Optimasi

Jika Anda tidak tahu kenapa orang keluar dari halaman promosi atau landing page, Anda tidak bisa memperbaikinya.

Mau tidak mau Anda harus mencari tahu dulu penyebabnya. Caranya, gunakan tools, seperti Hotjar atau GA4, untuk menganalisis perilaku pengunjung. Cari tahu juga di mana mereka drop-off, dan perbaiki bagian itu dulu.

5 Strategi Mengubah Trafik Jadi Trust, Baru Jadi Transaksi

Trafik yang melimpah tidak akan berarti apa-apa jika Anda tidak mampu membuat calon pelanggan mempercayai bisnis dan produk yang Anda tawarkan.

Di bagian ini, Anda akan menemukan langkah-langkah praktis yang bisa langsung diterapkan untuk mengubah pengunjung pasif menjadi pelanggan aktif.

Yuk, mulai optimalkan strategi Anda dari sini.

1. Audit Halaman Anda dengan Mata Customer

Buka halaman toko Anda, lalu coba posisikan diri sebagai pengunjung baru yang belum pernah mendengar nama brand Anda.

BACA JUGA:  Sharp Ikut Berpartisipasi di Acara CES 2023

Perhatikan desain, navigasi, kecepatan loading, dan informasi produk. Apakah semuanya cukup jelas dan meyakinkan?

Tanyakan pada diri Anda: “Kalau saya belum kenal brand ini, apakah saya cukup yakin untuk belanja di sini?”

Kalau jawabannya ragu, berarti masih banyak celah yang perlu diperbaiki, karena konversi tidak hanya ditentukan oleh produk, namun juga oleh kesan pertama dan rasa percaya yang langsung terbentuk dari halaman tersebut.

Strategi Mengubah Trafik Jadi Trust Lalu Jadi Transaksi

2. Tingkatkan Elemen Kepercayaan

Tambahkan elemen-elemen kepercayaan berikut ke halaman produk dan checkout agar calon pembeli merasa yakin dan aman saat bertransaksi:

  • Tampilkan review dari pembeli sebelumnya, baik dalam bentuk teks maupun video. Pastikan ditampilkan secara jujur dan relevan dengan produk yang dilihat.
  • Sertakan foto-foto dari pelanggan yang telah menggunakan produk Anda. Ini memberikan bukti sosial yang kuat dan meningkatkan kredibilitas.
  • Tawarkan kebijakan retur yang jelas dan mudah diakses. Contoh: “Garansi uang kembali 7 hari tanpa alasan” bisa menurunkan hambatan psikologis saat membeli.
  • Sediakan live chat yang responsif, baik dengan chatbot maupun agen manusia. Respons cepat bisa mencegah keraguan yang membuat calon pembeli meninggalkan keranjang belanja mereka.

Implementasi elemen-elemen ini secara konsisten bisa meningkatkan kepercayaan, menurunkan bounce rate, hingga dapat pula mendorong kenaikan conversion rate yang signifikan.

3. Bangun Email Funnel dan Retargeting

Gunakan email automation sebagai alat strategis untuk membangun relasi dengan calon pembeli yang belum melakukan transaksi.

Rancang rangkaian email berseri (email sequence) yang bertujuan untuk mengedukasi dan membina kepercayaan mereka terhadap brand Anda.

Isi email bisa berupa konten bernilai seperti tips penggunaan produk, studi kasus, diskon personalisasi berdasarkan perilaku pengguna, atau jawaban atas pertanyaan yang sering ditanyakan (FAQ).

Selain itu, pastikan setiap email memiliki call to action yang jelas, dan sesuaikan waktu pengiriman (timing) agar tidak dianggap spam.

Cara ini sudah terbukti efektif dapat menjaga prospek tetap hangat, sekaligus dapat secara perlahan mendorong mereka melakukan pembelian dengan cara yang relevan dan berkesan.

BACA JUGA:  Zeelandia Indonesia Perkenalkan Produk Terbarunya

4. Segmentasi Trafik Berdasarkan Intent

Tidak semua trafik itu sama. Ada pengunjung yang baru sekadar ingin tahu (cold traffic), ada yang sedang membandingkan produk (warm traffic), dan ada juga yang sudah siap membeli (hot traffic).

Masing-masing kelompok membutuhkan pendekatan berbeda. Untuk cold traffic, Anda bisa gunakan konten edukatif seperti artikel blog atau video tutorial. Sementara warm traffic cocoknya diberi testimoni, perbandingan produk, atau FAQ.

Nah, untuk hot traffic, dorong calon pelanggan dengan penawaran terbatas, diskon, atau free shipping, agar mereka segera ambil keputusan.

Segmentasi ini bisa Anda lakukan dengan menggunakan iklan berlapis, pixel tracking, atau email list behavior.

5. Gunakan Model Multi-Touch Attribution

Dengan model ini, Anda bisa memahami kontribusi setiap channel pemasaran, mulai dari iklan berbayar, email marketing, media sosial, hingga pencarian organik, dalam mendorong pembelian.

Tidak semua channel langsung menghasilkan penjualan, tapi banyak yang berperan dalam membangun awareness atau mempertahankan minat calon pembeli di setiap tahap customer journey.

Multi touch attribution memungkinkan Anda melihat keseluruhan proses ini dan menentukan channel mana yang benar-benar memberikan nilai.

Jadi, Anda bisa mengalokasikan anggaran dengan lebih tepat, misalnya mengurangi belanja iklan yang tidak efisien dan memperkuat channel yang terbukti membawa konversi jangka panjang.

 

Nah, bagaimana? Berminat untuk mencoba tips di atas demi traffic yang tinggi dan closing yang banyak?

Cobain deh, mulailah dengan menambahkan elemen kepercayaan seperti testimoni video, trust badge, hingga live chat. Lalu gunakan juga CDP dan retargeting funnel untuk mem-follow up trafik yang belum beli.

Jangan lupa, lengkapi keterampilan Anda dengan data dari white paper eksklusif Redcomm digital marketing agency Jakarta mengenai cara mengelola anggaran marketing secara lebih cerdas dan hasilkan konversi lebih banyak dari trafik yang sudah Anda miliki.