BKK PII Gelar FGD Kedua Bahas Strategi Implementasi Teknologi CCU/CCS/CCUS

FGD
AdvertisementAds

SUARATERKINI, Jakarta – Badan Kejuruan Kimia Persatuan Insinyur Indonesia (BKK PII) kembali menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) sebagai bagian dari rangkaian Annual Meeting BKK PII 2025.

FGD kedua yang berlangsung pada Jumat, 2 Mei 2025 di PHE Tower, Jakarta, mengangkat tema: “Implementasi Teknologi CCU/CCS/CCUS untuk Industri Migas yang Berkelanjutan di Indonesia.”

FGD ini merupakan lanjutan dari forum sebelumnya dan dirancang sebagai ruang diskusi strategis bagi para pemangku kepentingan lintas sektor, yaitu pemerintah, industri, akademisi, serta asosiasi profesi teknik untuk merumuskan langkah konkret dalam mendorong penerapan teknologi Carbon Capture Utilization (CCU), Carbon Capture and Storage (CCS), serta Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) di sektor migas nasional.

Dalam sambutannya, Ketua Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia, Dr. Bambang Heru Susanto, S.T., M.T., menyampaikan bahwa FGD ini merupakan bagian dari lima rangkaian diskusi menuju puncak Annual Meeting BKK PII 2025 yang akan digelar pada 25–27 September 2025 di Balai Purnomo, Universitas Indonesia, Depok.

Sementara itu, Mery Luciawaty, S.T., M.M., M.Eng., selaku Dewan Penasehat Panitia Annual Meeting BKK PII 2025 sekaligus Direktur Manajemen Risiko PT Pertamina Hulu Energi, menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menghadapi tantangan adopsi teknologi dekarbonisasi.

BACA JUGA:  XL Axiata Melanjutkan Kinerja Solid di Semester 1 2024

“Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat CCS di kawasan Asia Tenggara. Namun, hal ini membutuhkan kebijakan yang progresif, dukungan regulasi yang kuat, serta sinergi antara semua pemangku kepentingan,” ujarnya.

FGD terbagi dalam dua sesi utama yang menghadirkan para narasumber dari institusi terkemuka nasional dan internasional:

Sesi I berfokus pada aspek kebijakan, regulasi, serta kemitraan multi-sektor. Narasumber berasal dari: Deputi Penanganan Perubahan Iklim dan Nilai Ekonomi Karbon, KLHK. Perwakilan Kementerian ESDM. CoE CCS/CCUS & Komisaris Utama PT Kilang Pertamina Internasional. Executive Director Indonesian CCS Center (ICSSSC) dan Perwakilan SKK Migas.

Sesi II menyoroti perkembangan teknologi dan studi kasus penerapan CCS/CCUS di lapangan, termasuk presentasi dari: ExxonMobil Low Carbon Solutions Indonesia Ltd. PT Energi Mega Persada dan PT Pertamina Hulu Energi.

Salah satu inovasi yang menarik perhatian dalam sesi ini adalah teknologi Carbon Capture Utilization (CCU) dari PT Algatek Karbon Nusantara (A Zekindo Companies). Teknologi ini memungkinkan penangkapan CO₂ hasil proses industri untuk dikonversi menjadi biomassa bernilai ekonomi, sekaligus memperkuat model ekonomi karbon sirkular sebagai bagian dari upaya transisi energi.

BACA JUGA:  Sharp Tawarkan Pencegahan Virus Berbahaya

Diskusi menjadi semakin komprehensif dengan kehadiran para penanggap dari sektor industri dan akademisi, yang memberikan perspektif praktis dan pemahaman mendalam terhadap tantangan lapangan.

Mereka antara lain, Komisaris Utama PT Pupuk Kujang Cikampek, Chairman IDCTA & President & CEO Agraus Resources, Guru Besar Universitas Indonesia & Perwakilan APTEKIM, Sr. Project Manager Sustainability & Clean Ammonia PT Pupuk Indonesia,.Perwakilan IATMI & Business Development Schlumberger, dan Country Manager Indonesia, Rock Flow Dynamics & perwakilan SPE.

Para penanggap menyoroti sejumlah isu penting, mulai dari kesiapan infrastruktur, pengembangan SDM, hingga skema investasi yang diperlukan untuk mendukung ekosistem teknologi karbon rendah yang berkelanjutan.

FGD ini bertujuan menyusun rekomendasi strategis untuk memperkuat kebijakan nasional, mempercepat adopsi teknologi CCU/CCS/CCUS, serta membangun ekosistem kolaboratif dalam mendukung transisi energi menuju sistem yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Dengan sinergi aktif antara pemerintah, industri, akademisi, dan komunitas profesi, Indonesia memiliki peluang besar untuk tampil sebagai pemimpin regional dalam pengembangan teknologi dekarbonisasi dan akselerasi pertumbuhan ekonomi rendah karbon.