Tari Keroncong Nusantara Terus Disosialisasikan, Targetkan Pengakuan UNESCO dan Pecahkan Rekor!

Tari Keroncong
AdvertisementAds

SUARATERKINI, Jakarta – Setelah resmi diperkenalkan pada 20 Mei 2025 lalu, Tari Keroncong Nusantara terus gencar disosialisasikan kepada masyarakat luas. Langkah ini merupakan bagian dari komitmen LINI (Lembaga Irama Nasional Indonesia) dan ASETI (Asosiasi Seniman Tari Indonesia) untuk mencatat, mendokumentasikan, mensosialisasikan, dan memberikan masukan kepada Pemerintah Republik Indonesia demi pengembangan irama nasional.

Tujuannya adalah agar kekayaan irama di Tanah Air semakin berkembang, maju, serta memberikan nilai ekonomi dan kesejahteraan bagi para insan seni yang terlibat.

Dalam buku “Indonesia Darurat Irama” karya Rudy Octave, disebutkan hipotesa bahwa ragam irama dapat diidentifikasi melalui berbagai cara, salah satunya adalah pola gerak tubuh atau Tari. Menikmati irama melalui gerakan tari akan menambah nilai musik itu sendiri, menjadikan irama dan tari sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan.

Berdasarkan pemikiran ini, LINI dan ASETI berkolaborasi menciptakan terobosan kreatif dengan merancang pola gerak dari tari pergaulan atau Social Dance untuk Tari Keroncong Nusantara.

Peran Penting Gerak dan Irama dalam Seni Tari, Agustina Rochyanti, Ketua Umum ASETI, menegaskan bahwa gerak tari dan irama adalah dua elemen krusial dalam seni tari. “Irama dalam musik berfungsi untuk mengatur waktu, memperjelas gerakan tari, serta menciptakan suasana atau ilustrasi tertentu. Gerakan tari yang sinkron dengan irama musik akan menciptakan harmoni dan keindahan dalam tarian,” jelasnya, Sabtu (14/6/2025).

BACA JUGA:  BOR Turun, Ridwan Kamil Minta Masyarakat Terus Kurangi Mobilitas

Kerja sama antara LINI dan ASETI ini merupakan langkah strategis untuk memperkaya khasanah pengembangan dan pemanfaatan musik Keroncong di Tanah Air. Selain itu, inisiatif ini diharapkan dapat mempercepat proses penetapan Keroncong sebagai warisan budaya UNESCO.

Penciptaan ragam gerak Tari Keroncong Nusantara, yang saat ini sedang dalam proses Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), digawangi oleh seniman tari ternama seperti Gita Novia, Aty Widyawati, Wahyuni Dauli, Agustina Rochyanti, dan Atien Kisam.

“Ini menjadi harapan kita bersama bahwa tari pergaulan atau social dance Tari Keroncong Nusantara dapat dinikmati dan dipraktikkan oleh segala komunitas penari, seperti komunitas Line Dance, Aerobik, Senam, maupun komunitas tari dari berbagai institusi di seluruh Indonesia,” ujar Agustina.

Bertepatan dengan momentum Reuni Alumni SMA 42 angkatan ’89 yang bertajuk “36 Tahun Bersahabat and More!”, LINI, ASETI, dan para Alumni SMA 42 angkatan ’89 berhasil memecahkan “Rekor 100 Orang Menari Tari Keroncong Nusantara”. Acara bersejarah ini berlangsung di Executive Club Persada, Ruang Hercules, Halim, Jakarta Timur.

BACA JUGA:  Jabar Inisiasi Vaksinasi Berbasis Bidan Desa

Edi Sampurno, Ketua Alumni 42 ’89 periode 2024/2025, menyatakan bahwa kegiatan ini adalah wujud nyata kontribusi dalam pengembangan dan pelestarian budaya Indonesia. “Ini adalah wujud kecintaan kami terhadap budaya Nusantara, di mana rekan-rekan alumni memiliki semangat melestarikan seni budaya lewat Tari Keroncong Nusantara ini,” tambah Yogo Voluntoro, Wakil Alumni 42 ’89 periode 2024/2025.

Visi ke Depan untuk Irama Nasional
Perjalanan LINI dan ASETI tidak berhenti pada Keroncong saja. “Pekerjaan kita masih banyak, bukan hanya di keroncong saja. Masih banyak irama-irama lain yang bisa kita sosialisasikan sehingga mampu mengangkat dirinya ke kancah permusikan nasional, dan bisa jadi salah satu irama kita menjadi kiblat musik dunia,” tutur perwakilan LINI.

Lembaga ini menekankan bahwa keberhasilan upaya mulia ini sangat bergantung pada peran serta seluruh anak bangsa. LINI dan ASETI mengajak semua pihak untuk berpartisipasi aktif dalam melestarikan dan mengembangkan kekayaan irama Indonesia.