Film “Hotel Sakura”: Ketika Horor Emosional Berpadu Kisah Nyata dan Nuansa Jepang 90-an

AdvertisementAds

SUARATERKINI, Jakarta – Kakatua Pictures dan HERS Production siap menghadirkan tontonan horor yang berbeda melalui film terbaru mereka, “Hotel Sakura”. Film ini menjanjikan pengalaman sinematik yang mendalam dengan memadukan unsur budaya Jepang, trauma emosional, dan pengalaman spiritual yang diangkat dari kisah nyata.

Produser dari HERS Production, Neivy Vilany mengungkapkan antusiasmenya. “Hotel Sakura diramu dengan penuh semangat untuk bisa dinikmati oleh para pencinta film horor di Indonesia. Horor adalah genre yang sangat dekat dengan kultur kita, dan ‘Hotel Sakura’ memiliki bahan yang kuat: kisah nyata, elemen budaya, dan emosi yang mendalam,” ujarnya, Kamis (3/7/2025).

Disutradarai oleh Khristo Damar Alam dan ditulis oleh Upi Avianto, “Hotel Sakura” berupaya menghadirkan horor emosional dengan gaya naratif yang terinspirasi dari film-film horor Jepang tahun 1990-an. Film ini tidak hanya mengandalkan teror visual, tetapi juga membangun atmosfer mencekam melalui kesunyian, trauma, dan penyesalan yang mendalam.

“Saya dan Upi memang terinspirasi dari cerita-cerita yang kami dengar langsung tentang hotel tua yang memiliki kisah mistis. Salah satunya bahkan benar-benar tidak bisa digunakan untuk syuting karena gangguan spiritual. Banyak kejadian aneh yang kami alami langsung di lokasi. Pengalaman itu yang kami olah menjadi dunia ‘Hotel Sakura’,” jelas Khristo Damar Alam.

BACA JUGA:  Ridwan Kamil Dampingi Presiden Jokowi Tinjau Vaksinasi Massal di RSUI Depok

Selain latar yang kuat dan berdasarkan kisah nyata, film ini juga menggali cerita setiap karakternya secara mendalam, membuat “Hotel Sakura” terasa lebih personal dan menegangkan. Pendekatan ini juga menjadi bentuk penghormatan terhadap budaya horor Jepang yang telah membentuk banyak sineas di Asia.

“Hotel Sakura” berkisah tentang Sarah (Clara Bernadeth), seorang perempuan yang dihantui rasa bersalah atas kematian ibunya. Dalam upaya untuk ‘bertemu kembali’, Sarah terjebak dalam ritual spiritual berbahaya yang justru membuka gerbang ke dunia lain. Di sanalah ia bertemu Setsuko, sesosok arwah perempuan Jepang yang membawa teror dan menyimpan dendam dari masa lalu.

Film ini juga diperkuat oleh penampilan akting dari Taskya Namya, Shindy Huang, Donny Damara, dan Tio Pakusadewo, yang menjanjikan nuansa psikologis yang kuat. Dengan pendekatan karakter yang kompleks dan narasi lambat yang menghantui, “Hotel Sakura” menawarkan pengalaman sinematik yang mendalam, berbeda dari horor dengan efek kejut biasa.

“Kami ingin membawa sesuatu yang berbeda. Bukan hanya menghadirkan teror dari hantu yang menyeramkan, tapi juga bagaimana rasa bersalah dan trauma bisa membentuk jalan cerita. Penonton akan disuguhkan dengan ketegangan yang terasa nyata, tapi juga kisah emosional,” kata Rahul Mulani, produser HERS Production.

BACA JUGA:  Allianz Indonesia dan Principal Asset Management Dukung Wirausaha Penyandang Disabilitas

Sebagai bagian dari perjalanan kreatif mereka, HERS Production menegaskan komitmennya untuk terus berkontribusi dalam genre horor Indonesia, sembari tetap membuka peluang eksplorasi cerita dari genre lain.

“Kami ingin terus menyampaikan cerita-cerita yang menghantui, tetapi juga menyentuh. Dunia horor masih sangat luas dan penuh ruang eksplorasi. Tapi kami juga sangat terbuka dan semangat untuk memproduksi film berkualitas lintas genre,” ujar Heera SKV, produser HERS Production.

Sebagai rumah produksi yang terus berkembang, HERS Production berkomitmen untuk menghadirkan film-film berkualitas yang tidak hanya menghibur, tetapi juga menggugah rasa dan menggali sisi-sisi terdalam dari pengalaman manusia. Melalui semangat eksplorasi lintas genre dan keberanian dalam bercerita, HERS Production siap terus melahirkan karya-karya sinema yang relevan, berani, dan bermakna bagi penonton Indonesia.